Rabu, 08 Mei 2013

Tugas Psikolinguistik



"hanya monyet yang boleh buang sampah sembarangan" ini dimaksudkan bahwa siswa tidak boleh buang sampah sembarangan, jika mereka buang sampah sembarangan maka dia sama dengan monyet,

Selasa, 02 April 2013


PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DAN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Morfologi
Dosen : Ardiani Kusumaningrum
Oleh :
Luluk Nur Haryati       A310110125
Ayu Sartiningsih          A310110126
Lukhi Rudy Gunawan A310110135
PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA  INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dapat dipergunakan sebagai acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca, semoga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pedoman yang kami miliki kurang. Oleh karena itu, kami harapkan bagi para pembaca untuk memberikan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah kami.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Alloh SWT meridhoi segala usaha kita. Amien.
Wasalamualaikum wr.wb

   



BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pengelolaan pembelajaran merupakan suatu proses penyelenggaraan pembelajaran. Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan yang bijak serta didukung dengan komunikasi yang baik juga harus didukung dengan pengembangan strategi yang mampu membelajarkan siswa dengan baik dan mencapai tujuan penbelajaran yang sesungguhnya. Belajar merupakan kegiatan yang bersifat universal dan multi dimensional. Dikatakan universal karena belajar bisa dilakukan oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun. Oleh karena itu dibutuhkan pengelolaan pembelajaran agar kegiatan belajar mengajar bisa terlaksana dengan baik. Untuk mencapai tujuan pembelajaran maka perlu dilakukan pengelolaan siswa. Pengelolaan guru, pengelolaan bahan ajar.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengelolaan pembelajaran bisa terlaksana dengan baik?
2.      Bagaimana cara mengelola siswa dengan baik agar tercapai tujuan pembelajaran?
3.      Apa saja masalah siswa dalam pengelolaan pembelajaran?

C.     Tujuan
1.      Mengetahui bagaimana pengelolaan pembelajaran dengan baik.
2.      Mengetahui bagaimana pengelolaan terhadap siswa
3.      Mengidentifikasi masalah-masalah siswa dalam pengelolaan pembelajaran.

D.    Manfaat
1.      Guna pengelolaan pembelajaran bagi guru untuk lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran.
2.      Guna mengatasi masalah-masalah yang ada pada proses pembelajaran
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian pengelolaan pembelajaran
Pengelolaan pembelajaran merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Dunkin dan Biddle (1974:38) proses pembelajaran berada dalam empat variasi interaksi, yaitu: 1.variabel pertanda berupa pendidik; 2. Variable konteks berupa peserta didik; 3. Variable proses berupa perkembangan peserta didik baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pengelolaan pembelajaran di bagi atas:
1.      Pengelolaan siswa
Kedudukan siswa dalam kurikulum berbasis kompetensi adalah produsen, artinya siswa sendirilah yang mencari tau pengetahuan yang dipelajarinya. Siswa dalam suatu kelas biasanya memiliki kemampuan yang berbeda, karenanya guru perlu mengatur kapan siswa bekerja perorangan, kapan siswa bekerja kelompok. Menurut Andree,1982 ada beberapa macam pengelompokan siswa, diantaranya:
·         Task planning groups, bentuk pengelompokan berdasarkan rencana tugas yang akan diberikan oleh guru
·         Teaching groups, kelompok ini bisa digunakan untuk group teaching, dimana guru memerintahlkan suatu hal, siswa yang ada pada tahap yang sama mengerjakan tugas yang sama pada saat yang sama.
·         Seating groups, pengelompokan yang bersifat umum; dimana 4-6 siswa duduk mengelilingi satu meja
·         Joint learning groups, pengelompokan siswa dimana satu kelompok siswa bekerja dengan kegiatan yang saling terkait dengan kelompok yang lain. Hasilnya mungkin seperangkat yang saling terkait
·         Collaborative groups, kelompok kerja yang menitik beratkan pada kerja sama tiap individu dan hasilnya sebagai sesuatu yang teraplikasi.
Dalam pengelolaan siswa terdapat beberapa unsure yaitu:
a.      Masalah siswa
Pengelompokan siswa terkadang malah menimbulkan masalah baru bagi guru. Untuk membantu guru menghadapi masalah tersebut, Pollard dan Hilda Karli (2004:26) mengelompokan kepribadian siswa menjadi 5 kelompok besar, yaitu:
1)      Impulsivity/reflexifity
Impulsivity adalah orang yang tergesa-gesa dalam mengerjakan tugas tanpa berfikir terlebih dahulu, sedangkan reflexifity adalah orang yang sangat mempertimbangkan tugasnya tersebut tanpa berkesudahan.
2)      Extroversionya.
Orang yang ramah terbuka, bahkan kadang-kadang tergantung dari lakuan teman-teman sekelompoknya, sedangkan introversion adalah orang yang tertutup dan sangat pribadi, malah kadang-kadang tak mau bergaul dengan teman-temannya.
3)      Anxiety/ adjustment
Anxiety adalah orang yang merasa kurang dapat bergaul dengan teman ataupun guru dan tidak dapat menyelesaikan masalah dengan baik, sedangkan adjustment adalah orang yang merasa dapat bergaul dengan guru, teman, dan dapat menyelesaikan masalah dengan baik.
4)      Vacillation/perseverrance
Vacillation adalah orang yang konsentrasinya rendah dan sering berubah-ubah, dan cepat menyerah dalam pekerjaan. Sedangkan perseverance adalah orang yang mempunyai daya konsentrasi yang kuat, dan terfokus serta pantang menyerah dalam menyelesaikan pekerjaan.
5)      Competitivenes/collaborativiness
Competitiveness adalah orang yang mengukur prestasinya dengan orang lain, dan sukar bekerja sama dengan orang lain,sedangkan collaborativiness adalah orang yang sangat tergantung pada orang lain dan tidak dapat bekerja sendiri.
Sedangkan M. Entang dan T. Reka joni (1983:12) mengelompokkan masalah pengelolahan siswa menjadi dua kategori, yaitu masalah indifidual dan masalah kelompok.
Masalah indifidual muncul karena dalam individu ada kebutuhan ingin diterima kelompok dan ingin mencapai harga diri.
Dengan perkataan lain individu akan berbuattidak baik. Perbuatan – perbuatan untuk mencapai tujuan dengan cara yang tidak baik itu oleh Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel yang diikuti oleh T.Raka Joni digolongkan menjadi empat yaitu
1)      Tingkah laku yang inggin mendapat perhatian orang lain.
2)      Tingkah laku yang inggin menunjukkan kekuatan.
3)      Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain.
4)      Peragaan ketidakmampuan.
Menurut Maman Rahman, (1998:58) dari keempat tindakan individu diatas sebagai mana di kemukakan oleh Rolofl Dreikurs akan mengakibatkan terbentuknya empat pola tingkah laku yang sering nampak pada anak usia sekolah yaitu:
1)      Pola aktif konstruktif, yaitu pola tingkah laku yang extrim, ambisius untuk menjadi superstar di kelasnya dan berusaha membantu guru dengan vitalitas dan sepenuh hati.
2)      Pola aktif destruktif, yaitu pola tingkah laku yang diwujudkan dalam bentuk membuat banyolan suka marah kasar dan pemberontak.
3)      Pola pasif konstruktif, yaitu pola yang menunjukan kepada satu bentuk tingkah laku yang lamban  dengan maksud supaya selalu di bantu dan mengharapkan perhatian.
4)      Pola pasif destruktif, pola tingkah laku yang menunjukan kemalasan (sifat malas) dank eras kepala.
Masalah siswa terbagi atas dua masalah yaitu masalah individu dan masalah kelompok.
v  Masalah individu merupakan masalah yang timbul dari diri pribadinya sendiri setiap individu mempunyaia kebutuhan pokoknya masing-masing untuk menjadi dan merasa berguna. Jiks individu ini merasa putus asa dalam mengembangkan rasa memiliki harga diri melalui nilai yang dapat diterima secara sosial maka ia akan berkelakuan buruk. Ada empat tipe perilaku yang kurang baik yaitu perilaku untuk menarik perhatian,perilaku untuk mencari kekuasaan, perilaku untuk melampiaskan dendam, dan perilaku yang memperlihatkan ketidakmampuan. Untuk membedakan empat tipe di atas dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap gejala yang muncul. Dreikurs dan Cassel satu teknik yang sangat sederhana untuk mendeteksi gejala tersebut sebagai berikut:
o   Jika guru merasa terganggu dengan tindakan murid, mungkin tujuan murid adalah untuk mencari perhatian.
o   Jika guru merasa terkalahkan atau terancan, tujuan murin mungkin untuk mencari kekuasaan.
o   Jika guru merasa sangat tersinggung, mungkin tujuan murid adalah balas dendam.
o   Jika guru merasatidak berdaya, mungkin tujuan murid adalah menunjukan ketidakmampuan
v  Masalah kelompok
Johnson dan Bany mengidentifikasi tujuh masalah kelompok dalam pengelolaan kelas yaitu:
o   Kurangnya kesatuan, ditandai dengan adanya konflik-konflik antara individu dan sub kelompok. Misalnya., konflik antara jenis kelamin atau ras dengan muriddari jenis kelamin atau ras yang berbeda.
o   Ketidaktaatan terhadap standar tindakan dan prosedur kerja.
o   Reaksi negative terhadap pribadi anggota.
o   Pengakuan kelas terhadap kelakuan guru.
o   Kecenderungan terhadap gangguan, kemacetan pekerjaan, dan kelakuan yang dibuat-buat.
o   Ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
o   Semangat juang yang rendah  dan adanya sikap bermusuhan.
b.      Pemecahan masalah siswa.
Masalah siswa dapat diselesaikan melalui:
·         Usaha yang bersifat pencegahan.
Usaha pencegahan adalah tindakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang menyimpang dan mengganggu kondisi optimal pengganggu pembelajaran. Menurut Mulyani Sumantri(1999:283)  dalam mengembangkan ketrampilan mengelola siswa yang bersifat preventif,guru dapat menggunakankemampuannya dengan cara:
o   Menunjukkan sikap tanggap/
o   Membagi perhatian.
o   Memusatkan perhatian kelompok.
o   Member petunjuk yang jelas.
o   Menegur.
o   Memberikan penguatan.
Pendapat lain mengemukakan bahwa langkah-langkah pencegahan preventif yang di tempuh adalah:
o   Peningkatan kesadaran diri sebagai guru
o   Peningkatan kesadaran peserta didik
o   Sikap polos dan tulus dari guru
o   Mengenal alternative pengelolaan
o   Menciptakan kontrak sosial.
·         Usaha yang bersifat penyembuhan (kuratif)
Johar permana (2000:61) mengemukakan langkah-langkah sebagai berikut:
o   Mengidentifikasi masalah
o   Menganalisis masalah
o   Menilai alternative pemecahan
o   Mendapatkan balikan





2.      Pengelolaan Guru
Guru adalah orang yang bertugas membantu murid untuk mendapatkan pengetahuan sehingga ia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Hal pertama kali yang menimbulkan kekaguman kita terhadap para ahli pendidikan muslim terdahulu adalah penghargaan mereka terhadap persoalan pendidikan yang sangat tinggi, bahkan, mereka menilainya sebagai wujut tanggung jawab moral yang sangat luhur. Mereka menganggap tugas mengajar bukan hanya sekadar sebagai profesi kerja, melainkan lebih sebagai tuntutan agama. Beberapa prinsip dasar kode etik pengajaran sebagai mana dikemukakan oleh M. Jawad Ridla dalam bukunya al-Fikr al-Tarbiwiyyu al-Islamiyyu Muqadimat Fi ushulih al-Ijtima’iyyati wa al-aqlaniyati yaitu
1.      Prinsip pertama: keharusan ilmu dibarengi dengan pengamalannya.ia harus menyatukan antara ucapan dan perbuatannya, sebab ilmu itu diketauhui dengan mata batin, sedangkan amal perbuatan diketauhi dan disaksikan dengan mata lahir.
2.      Prinsip kedua: bersifat kasih sayang terhadap siswa, dan memperlakukan mereka seperti putra-putrinya sendiri.
3.      Prinsip ketiga: menghindarkan diri dari ketamakan. Seorang guru seyogianya menghindarkan diri dari ketamakan dan komersialisasi ilmu; dan semestinya guru mempunyaihimmah (cita-cita) tinggi, tidak rakus terhadap kekayaan orang lain.
4.      Prinsip keempat: bersifat toleran dan pemaaf. Kewajiban guru adalah bersikap lapang dada kepada murid-muridnya , menjaga jangan sampai terjadi keributan apalagi sampai berkelahian di antara mereka, karena yang demikian tidak ada manfaatnya.
5.      Prinsip kelima: menghargai kebenaran. “para guru adalah “penyampai” kebenaran, mereka berkewajiban menghargai kebenaran dan komitmen memegangnya.
6.      Prinsip keenam: keadilan dan keinsafan. Apabila para ulama itu pewaris nabi, sementara para nabi diperintahkan untuk merealisasikan keadilan dikalangan umat manusia, maka para guru dituntut lebih banyak dibandingkan dengan yang lain untuk berpegang pada nilai-nilai keadilan.
7.      Prinsip ketujuh: rendah hati. Seorang guru hendaknya meninggalkan sikap keras kepala dan berlagak serba tahu.
8.      Prinsip kedelapan: ilmu adalah untuk pengabdian kepada orang lain. Seorang guru harus menyadari bahwa tujuan utama dari ilmu adalah member manfaat bagi orang lain.
Guru harus dapat menempatkan diri dan menciptakan suasana yang kondusif, karena fungsi guru di sekolah sebagai “bapak” kedua yang bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak. Ki Hajar Dewantara telah menggariskan pentingnya peranan guru dalam proses pendidikan dengan ungkapan:
            Ing ngarsa sung tulada berarti didepan memberi teladan.
          Ing madya mangun karsa berarti ditengah menciptakan peluang untuk berprakarsa.
          Tut wuri handayani artinya dari belakang memberikan dorongan dan arahan.
Dalam rangka mendorong peningkatan professionalisme guru, secara tersirat undang-undang system pendidikan nasional No. 20 tahun 2003 pasal 35 ayat 1 telah mencantumkan setandar pendidikan nasionalyang meliputi: isi, proses kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Berdasarkan dengan setandar kompetensi guru Direktorat Jendral pendidikan dasar dan menengah depertemen pendidikan nasional telah menyusun secara khusus rumusan standar kompetensi guru yang terdiri dari tiga komponen, yaitu
1.      Komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran yang meliputi
a.       Penyusunan rencana pembelajaran
b.      Pelaksanaan interaksi belajar mengajar
c.       Penilaian prestasi belajar peserta didik
d.      Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian
2.      Komponen kompetensi pengembangan potensi yaitu pengembangan pengembangan profesi
3.      Komponen komponen penguasaan akademik yang meliputi
a.       Pemahaman wawasan pendidikan
b.      Penguasaan bahan ajar

3.      Pengelolaan Pembelajaran
A.    Prinsip-prinsip Pembelajaran
Terdapat beberapa pelajaran yang dapat kita ambil dari beberapa tindakan Rosulullah, diantaranya yaitu :
a.       Memotivasi
b.      Ucapannya terfokus
c.       Repetisi
d.      Analogi langsung
e.       Memperhatikan keragaman anak
f.       Memperhatikan nilai kognitf, emosional dan kinetik
g.      Memperhatikan aspek psikologis
h.      Menumbuhkan kreativitas anak
i.        Berbaur dengan anak-anak
j.        Aplikasi, doa dan teladan

B.     Prosedur Pembelajaran
a.       Pendekatan
Depag (2004) menyajikan konsep pendekatan terpadu dalam pembelajaran agama islam yang meliputi :
1)      Keimanan
2)      Pengamatan
3)      Pembiasaan
4)      Rasional
5)      Emosional
6)      Fungsional
7)      Keteladanan

b.      Metode
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, diantaranya yaitu :
1.      Metode Ceramah
Merupakan cara menyampaikan materi ilmu pengetahuan dan agama kepada anak didik dilakukan secara lisan. Keunggulan metode ini adalah dapat menyajikan garis-garis besar isi pelajaran, menciptakan landasan pemikiran peserta didik melalui ceramah yaitu bahasa tulisan peserta didik, sehingga perserta didik dapat belajar melalui bahasa tulis hasil ceramah. Kelemahan, yaitu menghadapi peserta didik yang banyak jnumlahnya dan bila menggunakan metode lain yang sukar diterapkannya.
2.      Metode Tanya jawab
Mengajukan pertanyaan kepada peserta didik. Keunggulan dari metode ini adalah memotivasi peserta didik untuk belajar, kelemahannya berada pada siswa yang malu bertanya.

3.      Metode Tulisan
Metode mendidik dengan huruf atau simbol apapun. Keunggulan metode ini adalah membantu siswa agar gemar membaca, mengetahui yang sebelumya tidak diketahui. Kelemahannya terletak pada prakteknya, kebanyakan siswa malas untuk menulis dengan alas an capek.
4.      Metode .Diskusi
Salah satu cara mendidik untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Keunggulannya siswa dapat menganalisis memecahkan masalah dan memperdebatkan masalah tersebut. Kelemahannya bahan-bahan yang digunakan sangat banyak, dan biasanya menyimpang dari pokok permasalahannya
5.      Metode Pemecahan Masalah (problem solving). Merupakan cara memberikan pengertian dengan mentimulasi anak didik untuk memperhatikan. Keunggulannya adalah merangsang berfikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa.
6.      Metode Kisah
Al-Quran dan al-hadis banyak meredaksikan kisah untuk menyampaikan pesan-pesannya. Metode ini dapat membuka kesan mendalam bagi siswa sehingga dapat merubah hati nuraninya. 
7.      Metode Perumpamaan
Suatu metode yang digunakan untuk mengungkapkan suatu sifat dan hakikat dari realitas sesuatu. Keunggulan perumpamaan adalah dapat mendekatkan gambaranyang diumpamakan dalam pikiran pendengar.
8.      Metode Pemahaman dan Penalaran
Metode ini membangkitkan akal dan kemampuan berfikir anak didik secara logis.keunggulan mendidik dengan membimbing anak didik untuk dapat memahami problema yang dihadapi.
9.      Metode Perintah Berbuat Baik dan Saling Menasehatii
Anak didik diperintahkan untuk berbuat baik dan saling menasehati. Keunggulannya adalah menumbuhkan kesadaran menggugah perasaan serta kemauan untuk mengamalkan apa yang di ajarkan.
10.  Metode Suri Teladan
Seseorang itu akan sama dengan orang yang dicintainya.
11.  Metode Hikmah dan Mau’izhah Hasanah
Mengajak seseorang untuk mengikuti ketentuan-nya. Keunggulan upaya menuntut orang lain menggunakannya akalnya untuk mendapatkan kebenaran dan kebaikan.
12.  Metode Perintah dan Pemberian Motifasi
Al-Quran telah menetapkan legalitas. Keunggulan dari metode ini adalah mendorong iundividu untuk melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan.
13.  Metode Praktik
Mendidik dengan memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat atas benda. Keunggulannya adalah memberikan masukan wawasan dan ilmu pengetahuan.
14.  Metode Karyawisata
Agama islam memerintahkan kepada umat manusia untuk mengadakan perjalanan di muka bumi. Keunggulannya adalah anak-anak dapat merekam dan menyimpulkan dalam ingatan mereka semua kenangan. Dan makna kehidupan.
15.  Pemberian Ampunan dan Bimbingan
Memberi kesempatan pada anak didik untuk membaiki tingkah lakunya. Keunggulannya adalah dapat memberikan kemandirian dalam pemahaman diri pengaraha diri dan perwujutan diri.
16.  Metode Kerja Sama
Upaya saling membantu antara dua orang atau lebih.

17.  Metode Tadrij
Penyampaian secara bertahap sesuai dengan proses perkembangan anak didik. Keunggulannya adalah dapat mengajarkan peserta didik dengan jalan menyajikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran

c.       Teknik
Prosedur penggunaan teknik-teknik pembelajaran yang berorientasi pada nilai sebagaimanan diuraikan oleh Muahimin (2004 : 176-179) dalam Abdul Majid yaitu sebagai berikut :
1)      Teknik Indoktrinasi
2)      Teknik Moral Reasoning
3)      Teknik Meramalkan Konsekuensi
4)      Teknik Klarifikasi
5)      Teknik Internalisasi

4.      Pengelolaan Lingkungan Kelas
Lingkungan yang kondusif menurut E.Mulyasa (2004:16) dalam Abdul Majid dapat dikembangankan melalui berbagai layanan dan kegiatan sebagai berikut :
1)      Memberikan pilihan bagi peserta didik uang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas pembelajaran.
2)      Memberikan pembelajaran remedial bagi para peserta didik yang kurang berprestasi, atau berprestasi rendah.
3)      Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman dan aman bagi perkembangan potensi seluruh peserta didik secara optimal.
4)      Menciptakan suasana kerja sama saling menghargai, baik antar peserta didik maupun antara peserta didik dengan guru dan pengelolaan pembelajaran lain.
5)      Melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan belajar dan pembelajaran.
6)      Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggungjawab antara peserta didik dan guru, sehingga guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan sebagai sumber belajar.
7)      Mengembangkan system evaluasi belajar dan pembelajaran yang menekankan pada evaluasi diri (self assessment).

A.    Kondisi Fisik
Lingkungan fisik yang dimaksud meliputi :
a.       Ruang tempat berlangsungan proses belajar mengajar
b.      Pengaturan yempat duduk
c.       Ventilasi dan pengaturan cahaya
d.      Pengaturan penyimpanan barang-barang



5.      Pengembangan Sumber dan Bahan Ajar
Agar menghasilkan tamatan yang mempunyai kemampuan utuh seperti yang diharapkan pada kurikulum 2004 diperlukan pengembangan pembelajaran untuk kompetensi secara sistematis dan terpadu.
a.      Sumber Belajar
Menurut Cece Wijaya (1992:36) ada enam jenis fungsi dalam pengembangan sumber belajar yaitu:
a.       Fungsi riset dan teori
b.      Fungsi desain
c.       Fungsi produksi dan penempatan
d.      Fungsi evaluasi dan seleksi
e.       Fungsi organisasi dan pelayanan
b.      Bahan ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang di gunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/intruktor untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain
a.       Petunjuk belajar
b.      Kompetensi yang akan dicapai
c.       Informasi pendukung
d.      Latihan-latihan
e.       Petunjuk kerja dapat berupa lembar kerja (LK)
f.       Evaluas

c.       Jenis bahan ajar
Dari berbagai pendapat di atas dapat di sarikan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkansiswa belajar dengan baik. Dengan demikian bentuk bahan ajar paling tidak dapat dikelompokkan menjadi empat
1.      Bahan ajar cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja sisiwa, broser, leaflet, wallchart, foto/gambar model/maked
2.      Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio
3.      Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film
4.      Bahan ajar interaktif (interactive teaching material) seperti compact disk interaktif


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pengelolaan pembelajaran dan pengembangan bahan ajar merupakan suatu proses yang mendukung penyelenggaraan pembelajaran dengan baik. Dalam pengelolaan pembelajaran terdapat beberapa unsure yaitu pengelolaan siswa, pengelolaan guru, pengelolaan lingkungan kelas, dan pengembangan bahan ajar. Pengelolaan siswa siswa merupakan produsen, artinya siswa sendirilah yang mencari tahu pengetahuan yang dipelajarinya. Siswa dalam suatu kelas bermacam karakter, maka guru perlu mengadakan pengelolaan siswa. Pengelolaan guru bertujuan untuk mencapai standar pendidikan dengan baik. Pengelolaan lingkungan kelas bertujuan untuk menciptakan suasana se efektif mungkin, nyaman, untuk melakukan proses pembelajaran. Pengembangan bahan ajar, yaitu segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru melaksanakan pembelajaran, oleh karena itu adanya pengelolaan pembelajaran dan pengembangan bahan ajar untuk mencapai suatu system pembelajaran dengan baik terkendali agar mencapai tujuan pembelajaran yang sebenarnya.











DAFTAR PUSTAKA

Majid, Abdul. 2011. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Potensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.