"hanya monyet yang boleh buang sampah sembarangan" ini dimaksudkan bahwa siswa tidak boleh buang sampah sembarangan, jika mereka buang sampah sembarangan maka dia sama dengan monyet,
blog'e ayoes
Rabu, 08 Mei 2013
Tugas Psikolinguistik
"hanya monyet yang boleh buang sampah sembarangan" ini dimaksudkan bahwa siswa tidak boleh buang sampah sembarangan, jika mereka buang sampah sembarangan maka dia sama dengan monyet,
Selasa, 02 April 2013
PENGELOLAAN
PEMBELAJARAN DAN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Morfologi
Dosen
: Ardiani Kusumaningrum
Oleh
:
Luluk
Nur Haryati A310110125
Ayu
Sartiningsih A310110126
Lukhi
Rudy Gunawan A310110135
PENDIDIKAN
BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS
ILMU PENGETAHUAN DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum
wr.wb
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik
dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dapat
dipergunakan sebagai acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan
kami semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca, semoga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi sehingga kedepannya
dapat lebih baik.
Makalah
ini kami akui masih banyak kekurangan karena pedoman yang kami miliki kurang.
Oleh karena itu, kami harapkan bagi para pembaca untuk memberikan masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah kami.
Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Alloh SWT meridhoi segala
usaha kita. Amien.
Wasalamualaikum
wr.wb
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pengelolaan pembelajaran merupakan suatu proses
penyelenggaraan pembelajaran. Proses pembelajaran selain diawali dengan
perencanaan yang bijak serta didukung dengan komunikasi yang baik juga harus
didukung dengan pengembangan strategi yang mampu membelajarkan siswa dengan
baik dan mencapai tujuan penbelajaran yang sesungguhnya. Belajar merupakan
kegiatan yang bersifat universal dan multi dimensional. Dikatakan universal
karena belajar bisa dilakukan oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun. Oleh
karena itu dibutuhkan pengelolaan pembelajaran agar kegiatan belajar mengajar
bisa terlaksana dengan baik. Untuk mencapai tujuan pembelajaran maka perlu
dilakukan pengelolaan siswa. Pengelolaan guru, pengelolaan bahan ajar.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
pengelolaan pembelajaran bisa terlaksana dengan baik?
2. Bagaimana
cara mengelola siswa dengan baik agar tercapai tujuan pembelajaran?
3. Apa
saja masalah siswa dalam pengelolaan pembelajaran?
C. Tujuan
1. Mengetahui
bagaimana pengelolaan pembelajaran dengan baik.
2. Mengetahui
bagaimana pengelolaan terhadap siswa
3. Mengidentifikasi
masalah-masalah siswa dalam pengelolaan pembelajaran.
D. Manfaat
1. Guna
pengelolaan pembelajaran bagi guru untuk lebih siap melakukan kegiatan
pembelajaran.
2. Guna
mengatasi masalah-masalah yang ada pada proses pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pengelolaan pembelajaran
Pengelolaan pembelajaran merupakan suatu proses
penyelenggaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Menurut Dunkin dan Biddle (1974:38) proses
pembelajaran berada dalam empat variasi interaksi, yaitu: 1.variabel pertanda
berupa pendidik; 2. Variable konteks berupa peserta didik; 3. Variable proses
berupa perkembangan peserta didik baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Pengelolaan pembelajaran di bagi atas:
1.
Pengelolaan
siswa
Kedudukan siswa dalam kurikulum berbasis kompetensi
adalah produsen, artinya siswa sendirilah yang mencari tau pengetahuan yang
dipelajarinya. Siswa dalam suatu kelas biasanya memiliki kemampuan yang
berbeda, karenanya guru perlu mengatur kapan siswa bekerja perorangan, kapan
siswa bekerja kelompok. Menurut Andree,1982 ada beberapa macam pengelompokan
siswa, diantaranya:
·
Task
planning groups, bentuk pengelompokan berdasarkan rencana
tugas yang akan diberikan oleh guru
·
Teaching
groups, kelompok ini bisa digunakan untuk group teaching,
dimana guru memerintahlkan suatu hal, siswa yang ada pada tahap yang sama
mengerjakan tugas yang sama pada saat yang sama.
·
Seating
groups, pengelompokan yang bersifat umum; dimana 4-6 siswa
duduk mengelilingi satu meja
·
Joint
learning groups, pengelompokan siswa dimana satu
kelompok siswa bekerja dengan kegiatan yang saling terkait dengan kelompok yang
lain. Hasilnya mungkin seperangkat yang saling terkait
·
Collaborative
groups, kelompok kerja yang menitik beratkan pada kerja
sama tiap individu dan hasilnya sebagai sesuatu yang teraplikasi.
Dalam
pengelolaan siswa terdapat beberapa unsure yaitu:
a.
Masalah
siswa
Pengelompokan siswa
terkadang malah menimbulkan masalah baru bagi guru. Untuk membantu guru
menghadapi masalah tersebut, Pollard dan Hilda Karli (2004:26) mengelompokan
kepribadian siswa menjadi 5 kelompok besar, yaitu:
1) Impulsivity/reflexifity
Impulsivity adalah
orang yang tergesa-gesa dalam mengerjakan tugas tanpa berfikir terlebih dahulu,
sedangkan reflexifity adalah orang yang sangat mempertimbangkan tugasnya
tersebut tanpa berkesudahan.
2) Extroversionya.
Orang yang ramah
terbuka, bahkan kadang-kadang tergantung dari lakuan teman-teman sekelompoknya,
sedangkan introversion adalah orang yang tertutup dan sangat pribadi, malah
kadang-kadang tak mau bergaul dengan teman-temannya.
3) Anxiety/
adjustment
Anxiety adalah orang
yang merasa kurang dapat bergaul dengan teman ataupun guru dan tidak dapat menyelesaikan
masalah dengan baik, sedangkan adjustment adalah orang yang merasa dapat
bergaul dengan guru, teman, dan dapat menyelesaikan masalah dengan baik.
4) Vacillation/perseverrance
Vacillation adalah
orang yang konsentrasinya rendah dan sering berubah-ubah, dan cepat menyerah
dalam pekerjaan. Sedangkan perseverance adalah orang yang mempunyai daya
konsentrasi yang kuat, dan terfokus serta pantang menyerah dalam menyelesaikan
pekerjaan.
5) Competitivenes/collaborativiness
Competitiveness adalah
orang yang mengukur prestasinya dengan orang lain, dan sukar bekerja sama
dengan orang lain,sedangkan collaborativiness adalah orang yang sangat
tergantung pada orang lain dan tidak dapat bekerja sendiri.
Sedangkan M. Entang dan
T. Reka joni (1983:12) mengelompokkan masalah pengelolahan siswa menjadi dua
kategori, yaitu masalah indifidual dan masalah kelompok.
Masalah indifidual
muncul karena dalam individu ada kebutuhan ingin diterima kelompok dan ingin
mencapai harga diri.
Dengan perkataan lain
individu akan berbuattidak baik. Perbuatan – perbuatan untuk mencapai tujuan
dengan cara yang tidak baik itu oleh Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel yang
diikuti oleh T.Raka Joni digolongkan menjadi empat yaitu
1) Tingkah
laku yang inggin mendapat perhatian orang lain.
2) Tingkah
laku yang inggin menunjukkan kekuatan.
3) Tingkah
laku yang bertujuan menyakiti orang lain.
4) Peragaan
ketidakmampuan.
Menurut Maman Rahman, (1998:58) dari
keempat tindakan individu diatas sebagai mana di kemukakan oleh Rolofl Dreikurs
akan mengakibatkan terbentuknya empat pola tingkah laku yang sering nampak pada
anak usia sekolah yaitu:
1) Pola
aktif konstruktif, yaitu pola tingkah laku yang extrim, ambisius untuk menjadi
superstar di kelasnya dan berusaha membantu guru dengan vitalitas dan sepenuh
hati.
2) Pola
aktif destruktif, yaitu pola tingkah laku yang diwujudkan dalam bentuk membuat
banyolan suka marah kasar dan pemberontak.
3) Pola
pasif konstruktif, yaitu pola yang menunjukan kepada satu bentuk tingkah laku
yang lamban dengan maksud supaya selalu
di bantu dan mengharapkan perhatian.
4) Pola
pasif destruktif, pola tingkah laku yang menunjukan kemalasan (sifat malas)
dank eras kepala.
Masalah
siswa terbagi atas dua masalah yaitu masalah individu dan masalah kelompok.
v Masalah individu
merupakan masalah yang timbul dari diri pribadinya sendiri setiap individu
mempunyaia kebutuhan pokoknya masing-masing untuk menjadi dan merasa berguna.
Jiks individu ini merasa putus asa dalam mengembangkan rasa memiliki harga diri
melalui nilai yang dapat diterima secara sosial maka ia akan berkelakuan buruk.
Ada empat tipe perilaku yang kurang baik yaitu perilaku untuk menarik
perhatian,perilaku untuk mencari kekuasaan, perilaku untuk melampiaskan dendam,
dan perilaku yang memperlihatkan ketidakmampuan. Untuk membedakan empat tipe di
atas dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap gejala yang muncul. Dreikurs
dan Cassel satu teknik yang sangat sederhana untuk mendeteksi gejala tersebut
sebagai berikut:
o
Jika guru merasa terganggu dengan
tindakan murid, mungkin tujuan murid adalah untuk mencari perhatian.
o
Jika guru merasa terkalahkan atau
terancan, tujuan murin mungkin untuk mencari kekuasaan.
o
Jika guru merasa sangat tersinggung,
mungkin tujuan murid adalah balas dendam.
o
Jika guru merasatidak berdaya, mungkin
tujuan murid adalah menunjukan ketidakmampuan
v Masalah kelompok
Johnson dan Bany
mengidentifikasi tujuh masalah kelompok dalam pengelolaan kelas yaitu:
o
Kurangnya kesatuan, ditandai dengan
adanya konflik-konflik antara individu dan sub kelompok. Misalnya., konflik
antara jenis kelamin atau ras dengan muriddari jenis kelamin atau ras yang
berbeda.
o
Ketidaktaatan terhadap standar tindakan
dan prosedur kerja.
o
Reaksi negative terhadap pribadi
anggota.
o
Pengakuan kelas terhadap kelakuan guru.
o
Kecenderungan terhadap gangguan,
kemacetan pekerjaan, dan kelakuan yang dibuat-buat.
o
Ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan.
o
Semangat juang yang rendah dan adanya sikap bermusuhan.
b.
Pemecahan
masalah siswa.
Masalah siswa dapat
diselesaikan melalui:
·
Usaha yang bersifat pencegahan.
Usaha pencegahan adalah
tindakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang menyimpang dan
mengganggu kondisi optimal pengganggu pembelajaran. Menurut Mulyani
Sumantri(1999:283) dalam mengembangkan ketrampilan
mengelola siswa yang bersifat preventif,guru dapat menggunakankemampuannya
dengan cara:
o
Menunjukkan sikap tanggap/
o
Membagi perhatian.
o
Memusatkan perhatian kelompok.
o
Member petunjuk yang jelas.
o
Menegur.
o
Memberikan penguatan.
Pendapat
lain mengemukakan bahwa langkah-langkah pencegahan preventif yang di tempuh
adalah:
o
Peningkatan kesadaran diri sebagai guru
o
Peningkatan kesadaran peserta didik
o
Sikap polos dan tulus dari guru
o
Mengenal alternative pengelolaan
o
Menciptakan kontrak sosial.
·
Usaha yang bersifat penyembuhan
(kuratif)
Johar permana (2000:61)
mengemukakan langkah-langkah sebagai berikut:
o
Mengidentifikasi masalah
o
Menganalisis masalah
o
Menilai alternative pemecahan
o
Mendapatkan balikan
2. Pengelolaan Guru
Guru adalah orang yang bertugas membantu
murid untuk mendapatkan pengetahuan sehingga ia dapat mengembangkan potensi
yang dimilikinya. Hal pertama kali yang menimbulkan kekaguman kita terhadap
para ahli pendidikan muslim terdahulu adalah penghargaan mereka terhadap
persoalan pendidikan yang sangat tinggi, bahkan, mereka menilainya sebagai
wujut tanggung jawab moral yang sangat luhur. Mereka menganggap tugas mengajar
bukan hanya sekadar sebagai profesi kerja, melainkan lebih sebagai tuntutan
agama. Beberapa prinsip dasar kode etik pengajaran sebagai mana dikemukakan
oleh M. Jawad Ridla dalam bukunya al-Fikr al-Tarbiwiyyu al-Islamiyyu Muqadimat
Fi ushulih al-Ijtima’iyyati wa al-aqlaniyati yaitu
1. Prinsip
pertama: keharusan ilmu dibarengi dengan pengamalannya.ia harus menyatukan
antara ucapan dan perbuatannya, sebab ilmu itu diketauhui dengan mata batin,
sedangkan amal perbuatan diketauhi dan disaksikan dengan mata lahir.
2. Prinsip
kedua: bersifat kasih sayang terhadap siswa, dan memperlakukan mereka seperti
putra-putrinya sendiri.
3. Prinsip
ketiga: menghindarkan diri dari ketamakan. Seorang guru seyogianya
menghindarkan diri dari ketamakan dan komersialisasi ilmu; dan semestinya guru
mempunyaihimmah (cita-cita) tinggi, tidak rakus terhadap kekayaan orang lain.
4. Prinsip
keempat: bersifat toleran dan pemaaf. Kewajiban guru adalah bersikap lapang
dada kepada murid-muridnya , menjaga jangan sampai terjadi keributan apalagi
sampai berkelahian di antara mereka, karena yang demikian tidak ada manfaatnya.
5. Prinsip
kelima: menghargai kebenaran. “para guru adalah “penyampai” kebenaran, mereka
berkewajiban menghargai kebenaran dan komitmen memegangnya.
6. Prinsip
keenam: keadilan dan keinsafan. Apabila para ulama itu pewaris nabi, sementara
para nabi diperintahkan untuk merealisasikan keadilan dikalangan umat manusia,
maka para guru dituntut lebih banyak dibandingkan dengan yang lain untuk
berpegang pada nilai-nilai keadilan.
7. Prinsip
ketujuh: rendah hati. Seorang guru hendaknya meninggalkan sikap keras kepala
dan berlagak serba tahu.
8. Prinsip
kedelapan: ilmu adalah untuk pengabdian kepada orang lain. Seorang guru harus
menyadari bahwa tujuan utama dari ilmu adalah member manfaat bagi orang lain.
Guru
harus dapat menempatkan diri dan menciptakan suasana yang kondusif, karena
fungsi guru di sekolah sebagai “bapak” kedua yang bertanggung jawab atas
pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak. Ki Hajar Dewantara telah menggariskan
pentingnya peranan guru dalam proses pendidikan dengan ungkapan:
Ing ngarsa sung tulada berarti
didepan memberi teladan.
Ing madya mangun karsa
berarti ditengah menciptakan peluang untuk berprakarsa.
Tut wuri handayani
artinya dari belakang memberikan dorongan dan arahan.
Dalam rangka mendorong peningkatan
professionalisme guru, secara tersirat undang-undang system pendidikan nasional
No. 20 tahun 2003 pasal 35 ayat 1 telah mencantumkan setandar pendidikan
nasionalyang meliputi: isi, proses kompetensi lulusan, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang
harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Berdasarkan dengan setandar
kompetensi guru Direktorat Jendral pendidikan dasar dan menengah depertemen
pendidikan nasional telah menyusun secara khusus rumusan standar kompetensi
guru yang terdiri dari tiga komponen, yaitu
1. Komponen
kompetensi pengelolaan pembelajaran yang meliputi
a. Penyusunan
rencana pembelajaran
b. Pelaksanaan
interaksi belajar mengajar
c. Penilaian
prestasi belajar peserta didik
d. Pelaksanaan
tindak lanjut hasil penilaian
2. Komponen
kompetensi pengembangan potensi yaitu pengembangan pengembangan profesi
3. Komponen
komponen penguasaan akademik yang meliputi
a. Pemahaman
wawasan pendidikan
b. Penguasaan
bahan ajar
3. Pengelolaan Pembelajaran
A.
Prinsip-prinsip
Pembelajaran
Terdapat beberapa pelajaran yang dapat kita ambil
dari beberapa tindakan Rosulullah, diantaranya yaitu :
a. Memotivasi
b. Ucapannya
terfokus
c. Repetisi
d. Analogi
langsung
e. Memperhatikan
keragaman anak
f. Memperhatikan
nilai kognitf, emosional dan kinetik
g. Memperhatikan
aspek psikologis
h. Menumbuhkan
kreativitas anak
i.
Berbaur dengan anak-anak
j.
Aplikasi, doa dan teladan
B.
Prosedur
Pembelajaran
a. Pendekatan
Depag
(2004) menyajikan konsep pendekatan terpadu dalam pembelajaran agama islam yang
meliputi :
1) Keimanan
2) Pengamatan
3) Pembiasaan
4) Rasional
5) Emosional
6) Fungsional
7) Keteladanan
b. Metode
Ada
beberapa metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, diantaranya
yaitu :
1. Metode
Ceramah
Merupakan cara
menyampaikan materi ilmu pengetahuan dan agama kepada anak didik dilakukan
secara lisan. Keunggulan metode ini adalah dapat menyajikan garis-garis besar
isi pelajaran, menciptakan landasan pemikiran peserta didik melalui ceramah
yaitu bahasa tulisan peserta didik, sehingga perserta didik dapat belajar
melalui bahasa tulis hasil ceramah. Kelemahan, yaitu menghadapi peserta didik
yang banyak jnumlahnya dan bila menggunakan metode lain yang sukar
diterapkannya.
2. Metode
Tanya jawab
Mengajukan pertanyaan
kepada peserta didik. Keunggulan dari metode ini adalah memotivasi peserta
didik untuk belajar, kelemahannya berada pada siswa yang malu bertanya.
3. Metode
Tulisan
Metode mendidik dengan
huruf atau simbol apapun. Keunggulan metode ini adalah membantu siswa agar gemar
membaca, mengetahui yang sebelumya tidak diketahui. Kelemahannya terletak pada
prakteknya, kebanyakan siswa malas untuk menulis dengan alas an capek.
4. Metode
.Diskusi
Salah satu cara
mendidik untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Keunggulannya siswa dapat
menganalisis memecahkan masalah dan memperdebatkan masalah tersebut.
Kelemahannya bahan-bahan yang digunakan sangat banyak, dan biasanya menyimpang
dari pokok permasalahannya
5. Metode
Pemecahan Masalah (problem solving). Merupakan cara memberikan pengertian
dengan mentimulasi anak didik untuk memperhatikan. Keunggulannya adalah
merangsang berfikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat
yang disampaikan oleh siswa.
6. Metode
Kisah
Al-Quran dan al-hadis
banyak meredaksikan kisah untuk menyampaikan pesan-pesannya. Metode ini dapat
membuka kesan mendalam bagi siswa sehingga dapat merubah hati nuraninya.
7. Metode
Perumpamaan
Suatu metode yang
digunakan untuk mengungkapkan suatu sifat dan hakikat dari realitas sesuatu.
Keunggulan perumpamaan adalah dapat mendekatkan gambaranyang diumpamakan dalam
pikiran pendengar.
8. Metode
Pemahaman dan Penalaran
Metode ini
membangkitkan akal dan kemampuan berfikir anak didik secara logis.keunggulan
mendidik dengan membimbing anak didik untuk dapat memahami problema yang
dihadapi.
9. Metode
Perintah Berbuat Baik dan Saling Menasehatii
Anak didik
diperintahkan untuk berbuat baik dan saling menasehati. Keunggulannya adalah
menumbuhkan kesadaran menggugah perasaan serta kemauan untuk mengamalkan apa
yang di ajarkan.
10. Metode
Suri Teladan
Seseorang itu akan sama
dengan orang yang dicintainya.
11. Metode
Hikmah dan Mau’izhah Hasanah
Mengajak seseorang
untuk mengikuti ketentuan-nya. Keunggulan upaya menuntut orang lain
menggunakannya akalnya untuk mendapatkan kebenaran dan kebaikan.
12. Metode
Perintah dan Pemberian Motifasi
Al-Quran telah
menetapkan legalitas. Keunggulan dari metode ini adalah mendorong iundividu
untuk melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan.
13. Metode
Praktik
Mendidik dengan
memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat atas benda. Keunggulannya
adalah memberikan masukan wawasan dan ilmu pengetahuan.
14. Metode
Karyawisata
Agama islam
memerintahkan kepada umat manusia untuk mengadakan perjalanan di muka bumi. Keunggulannya
adalah anak-anak dapat merekam dan menyimpulkan dalam ingatan mereka semua
kenangan. Dan makna kehidupan.
15. Pemberian
Ampunan dan Bimbingan
Memberi kesempatan pada
anak didik untuk membaiki tingkah lakunya. Keunggulannya adalah dapat
memberikan kemandirian dalam pemahaman diri pengaraha diri dan perwujutan diri.
16. Metode
Kerja Sama
Upaya saling membantu
antara dua orang atau lebih.
17. Metode
Tadrij
Penyampaian secara
bertahap sesuai dengan proses perkembangan anak didik. Keunggulannya adalah
dapat mengajarkan peserta didik dengan jalan menyajikan nilai-nilai kebaikan
dan kebenaran
c. Teknik
Prosedur
penggunaan teknik-teknik pembelajaran yang berorientasi pada nilai sebagaimanan
diuraikan oleh Muahimin (2004 : 176-179) dalam Abdul Majid yaitu sebagai
berikut :
1) Teknik
Indoktrinasi
2) Teknik
Moral Reasoning
3) Teknik
Meramalkan Konsekuensi
4) Teknik
Klarifikasi
5) Teknik
Internalisasi
4. Pengelolaan Lingkungan Kelas
Lingkungan yang kondusif menurut E.Mulyasa (2004:16)
dalam Abdul Majid dapat dikembangankan melalui berbagai layanan dan kegiatan
sebagai berikut :
1) Memberikan
pilihan bagi peserta didik uang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas
pembelajaran.
2) Memberikan
pembelajaran remedial bagi para peserta didik yang kurang berprestasi, atau
berprestasi rendah.
3) Mengembangkan
organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman dan aman bagi perkembangan
potensi seluruh peserta didik secara optimal.
4) Menciptakan
suasana kerja sama saling menghargai, baik antar peserta didik maupun antara
peserta didik dengan guru dan pengelolaan pembelajaran lain.
5) Melibatkan
peserta didik dalam proses perencanaan belajar dan pembelajaran.
6) Mengembangkan
proses pembelajaran sebagai tanggungjawab antara peserta didik dan guru,
sehingga guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan sebagai sumber
belajar.
7) Mengembangkan
system evaluasi belajar dan pembelajaran yang menekankan pada evaluasi diri (self assessment).
A. Kondisi Fisik
Lingkungan
fisik yang dimaksud meliputi :
a. Ruang
tempat berlangsungan proses belajar mengajar
b. Pengaturan
yempat duduk
c. Ventilasi
dan pengaturan cahaya
d. Pengaturan
penyimpanan barang-barang
5. Pengembangan Sumber dan Bahan Ajar
Agar
menghasilkan tamatan yang mempunyai kemampuan utuh seperti yang diharapkan pada
kurikulum 2004 diperlukan pengembangan pembelajaran untuk kompetensi secara
sistematis dan terpadu.
a.
Sumber
Belajar
Menurut
Cece Wijaya (1992:36) ada enam jenis fungsi dalam pengembangan sumber belajar
yaitu:
a. Fungsi
riset dan teori
b. Fungsi
desain
c. Fungsi
produksi dan penempatan
d. Fungsi
evaluasi dan seleksi
e. Fungsi
organisasi dan pelayanan
b.
Bahan
ajar
Bahan
ajar adalah segala bentuk bahan yang di gunakan untuk membantu guru/instruktor
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar merupakan informasi,
alat dan teks yang diperlukan guru/intruktor untuk perencanaan dan penelaahan
implementasi pembelajaran.
Sebuah
bahan ajar paling tidak mencakup antara lain
a. Petunjuk
belajar
b. Kompetensi
yang akan dicapai
c. Informasi
pendukung
d. Latihan-latihan
e. Petunjuk
kerja dapat berupa lembar kerja (LK)
f. Evaluas
c.
Jenis
bahan ajar
Dari berbagai pendapat di atas dapat di
sarikan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara
sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkansiswa belajar
dengan baik. Dengan demikian bentuk bahan ajar paling tidak dapat dikelompokkan
menjadi empat
1. Bahan
ajar cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja sisiwa,
broser, leaflet, wallchart, foto/gambar model/maked
2. Bahan
ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk
audio
3. Bahan
ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film
4. Bahan
ajar interaktif (interactive teaching material) seperti compact disk interaktif
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengelolaan
pembelajaran dan pengembangan bahan ajar merupakan suatu proses yang mendukung
penyelenggaraan pembelajaran dengan baik. Dalam pengelolaan pembelajaran
terdapat beberapa unsure yaitu pengelolaan siswa, pengelolaan guru, pengelolaan
lingkungan kelas, dan pengembangan bahan ajar. Pengelolaan siswa siswa
merupakan produsen, artinya siswa sendirilah yang mencari tahu pengetahuan yang
dipelajarinya. Siswa dalam suatu kelas bermacam karakter, maka guru perlu mengadakan
pengelolaan siswa. Pengelolaan guru bertujuan untuk mencapai standar pendidikan
dengan baik. Pengelolaan lingkungan kelas bertujuan untuk menciptakan suasana
se efektif mungkin, nyaman, untuk melakukan proses pembelajaran. Pengembangan
bahan ajar, yaitu segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru
melaksanakan pembelajaran, oleh karena itu adanya pengelolaan pembelajaran dan
pengembangan bahan ajar untuk mencapai suatu system pembelajaran dengan baik
terkendali agar mencapai tujuan pembelajaran yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Majid,
Abdul. 2011. Perencanaan Pembelajaran:
Mengembangkan Standar Potensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Langganan:
Postingan (Atom)